Selasa, 28 Oktober 2008

Di Usia Ke-18 Slank Tetap Setia Menebar Virus!

Jakarta, Sinar Harapan
Para slankers boleh saja memekik senang. Hingga usia belasan tahun, bendera Slank masih tetap berkibar. Di bawah naungan sayap kupu-kupu, show Slank tahun ini membuktikan grup ini masih disayang penontonnya. Lagu dari album Virus pun digelindingkan. Bunda Ivet bilang, sekalipun pergantian formasi telah terjadi 14 kali, usia Slank tetap paling ”uzur” di antara berbagai grup band saat ini.
Formasi yang terakhir itu kini terus mengibarkan benderanya. Slank yang beberapa tahun ini ditangani oleh Bunda hingga kini tetap muncul sebagai grup terdepan dalam urutan fans. Ratusan fans jadi bukti mudahnya mengumpulkan slankers (sebutan untuk penggemar kelompok ini, Red.) di sebuah gang sempit bersejarah pada tanggal 26 Desember 2001 lalu.
Apa hikmah ultah buat Slank? Bunda Ivet bilang kalau kebebasan Slank dari narkoba tetap merupakan sesuatu yang penting pada HUT Slank. ”Sekarang jadi nggak susah lagi, karena kalau ketergantungan narkoba kan berat sekali mengurusnya,” ujar Bunda kepada SH. Pada album yang kesepuluh ini, menurutnya, Slank memang telah sembuh total.
Dengan formasi Bimbim, Ridho, Ivan, Abdee dan vokalis ”gaek” Kaka, Slank terus saja menggeber dunia musik Indonesia. ”Delapan belas tahun, mudah-mudahan Slank tetap bisa jadi grup yang lirik-liriknya digemari anak muda. Walau telah berganti personel hingga 14 kali, Slank tetap Slank,” tambah Bunda Ivet lagi.
Bagi slankers, Slank adalah segalanya. ”Mau gimana pun, yang penting Slank,” kata seorang slankers. Formasi boleh berganti tapi Slank tetap simbol bendera kupu-kupu dengan Bimbim sebagai pemimpinnya. Buktinya, pementasan sekaligus hari ultah Slank yang diadakan di gang Potlot tetap meriah.
Usia dewasa (jika disetarakan dengan usia manusia) Slank menjadi bukti kemampuan grup ini untuk saling menjaga. Seperti di tahun sebelumnya, para slankers yang memadati Gang Potlot, tempat bersejarah buat personel Slank, mengelukan veteran Slank dan beberapa pemusik lainnya seperti Melly atau Yoyok ”Padi”.

Piawai
Siang itu, di bawah terik matahari, Kaka membuka bajunya dan menggenggam mikrofon sambil menatap ke arah ratusan penggemarnya. Tak mudah menguasai panggung dengan penonton yang sangat antusias dan Kaka membuktikan kepiawaiannya. Hanya beberapa vokalis grup rock saja yang mampu me-manage panggung, termasuk Achmad Albar ”Gong 2000”, Roy ”Boomerang” dan Kaka. Dengan suara khasnya, vokalis berambut kriting dilinting ini mengimbau agar para penonton bisa duduk dengan tenang.

Slank .............

Para slankers pun manut dan tetap di tempatnya masing-masing saat lagu pertama disuguhkan.
Suasana perayaan ulang tahun di markas Slank Jl. Potlot Kalibata, Jaksel sebetulnya sederhana. Pemotongan tumpeng dan sajian musik dari slankers ditutup dengan musik dari Slank. Dengan hiasan dengan simbol hiasan bunga berbentuk kupu-kupu, panggung 3x4 meter jadi ajang kemeriahan hari ultah. ”Pokoknya ramai,” kata salah satu slankers yang pakaiannya dibuat semrawut ala Bimbim.
Tak ada keributan yang terjadi. Panggung yang hanya dibatasi pagar bambu dan berjarak satu meter saja dari penonton sesungguhnya mudah digapai. Namun, para slankers memilih menonton dengan tertib. ”Sampai selesai aman aja, Mas,”ujar salah satu kru yang mengurus sound kepada SH.
Konser yang biasanya dilengkapi dengan aparat keamanan yang berjejer, kali ini malahan diwakili oleh para slankers. Hal yang unik terjadi, slankers menahan kawan-kawannya yang berjejal.
Kesepuluh lagu dari album Slank pun kemudian digelindingkan ke telinga penggemarnya. Para penonton ikut bersuara pada lagu-lagu yang telah ”dihapal mati”. Baru pada lagu ketujuh, desakan penonton bisa menjebol pagar. Namun, syukurlah hingga lagu ”jawara” dari album Virus yang bertemakan perdamaian itu meluncur, penonton tetap bisa tenang.

Damai
Semalam (27/12), dalam rangka merayakan (sekali lagi) ulang tahunnya, Slank kembali menggelar konser. Kali ini, berlangsung di Fashion Café, Jakarta, dalam rangkaian program ”Rock to Café”.
Molor satu jam dari jadwal semula karena menunggu kehadiran penonton, tepat pukul 22.00 WIB Kaka dkk menemui para slankers yang setia menyaksikan band kesayangan mereka. Meski penonton yang hadir jauh dari kapasitas tempat—hanya sekitar 500 orang, Slank tetap berusaha tampil maksimal. ”Tidak penuh juga tidak apa-apa. Biar yang nonton cuma 10 orang, kita maju terus,” ujar Kaka sang vokalis sebelum naik ke atas panggung.
Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab sepinya penonton. Selain harga tiket yang lumayan mahal untuk rata-rata slankers yang berasal dari daerah, Rp100 ribu per orang, soal tempat mungkin juga kurang sesuai bagi pertunjukan Slank. Harus diakui Slank memang lebih cocok manggung di tempat terbuka. Atau, boleh jadi para slankers telah puas menyaksikan kebolehan grup kesayangan mereka sehari sebelumnya di Jl Potlot.
Selama pertunjukan hampir dua jam, Slank menghibur para penggemarnya mulai dari lagu-lagu lama yang menjadi hitsnya hingga lagu-lagu terbaru mereka dari album ke-10, Virus. Sebagian besar lagu yang dibawakan Slank, seperti Tong Kosong, Lembah Baliem, Maafkanlah, Terlalu Manis, Orkes Sakit Hati, Balikin, dan Kamu Harus Pulang benar-benar sudah dihapal penonton. Mereka ikut bernyanyi dan berjoget penuh semangat.
Secara keseluruhan, tak ada yang istimewa dari konser Slank tadi malam. Satu-satunya kejutan malam itu adalah di tengah konser berlangsung, para panitia acara dipimpin oleh Renny Djajoesman selaku pihak promotor, melakukan happening taart buat Slank. Sejumlah panitia memandu sebuah kue taart raksasa jadi-jadian dari bahan styrofoam ke atas panggung diikuti penyerahan kue taart besar ukuran 50x50 cm. Setelah meniup 18 batang lilin bersama-sama diringi lagu Happy Birthday, keluarlah seorang laki-laki berambut plontos bercat biru sekujur tubuh dari dalam kue taart tiruan. Lelaki itu membawa satu rangkaian bunga yang diberikan kepada Bunda Ivet –ibu kandung Bimbim merangkap manajer Slank—sebagai tanda terimakasih mereka terhadap Bunda yang selalu setia mengikuti perjalanan karier mereka selama 18 tahun.
Buat Slank, usia 18 tahun menandakan kedewasaan. Ibarat seorang anak yang sedang tumbuh dari remaja menuju dewasa, demikian pula Slank yang berharap ingin semakin dewasa dalam bermusik sekaligus dapat mempertanggungjawabkan karya-karyanya. ”Mudah-mudahan 18-20 tahun yang akan datang kami masih bisa berada diatas panggung,” cetus Kaka seraya mengucapkan terimakasih atas dukungan para penggemarnya.
Ironisnya, selama usianya genap 18 tahun, grup musik rock yang menggunakan kupu-kupu sebagai simbol mereka masih saja sulit mendapat izin untuk manggung di tempat terbuka di tempat kelahirannya sendiri di Jakarta. Seperti yang terjadi saat mereka merayakan hari ulangtahunnya di markas Potlot dua hari yang lalu (26/12). Saat itu, ungkap Kaka, pertunjukan mereka sempat dicekal polisi karena tidak ada izin. Akibatnya, pertunjukan harus bubar sebelum acara habis. Padahal perkiraan bakal terjadi keributan tak pernah terjadi.
Sama seperti ketika manggung di markas Potlot, sejumlah Slankers fanatik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Aceh, Semarang dan Bogor ketika hadir di Fashion Café memberikan sambutan meriah dan menikmati suguhan Slank, tanpa ada kekerasan sedikitpun. Seperti biasa, mayoritas para Slankers berdandan dengan ciri khas anak jalanan, dengan kaos kutung, ikat kepala dan sendal jepit. Bahkan saat konser berlangsung, seorang penonton mencopot sendal jepitnya dan dengan cueknya mengacung-acungkan kedua sendal jepitnya sambil asyik berjoget. Biar terkesan urakan dan slenge’an, toh konser bisa berjalan aman tanpa gangguan.
Dari atas panggung, Kaka selalu mengingatkan para Slankers untuk tetap bersikap damai. ”Kembalilah dengan damai, ya,” teriak Kaka usai menyanyikan lagu terakhir Kamu Harus Pulang yang dijawab dengan teriakan dan acungan jari telunjuk dan tengah membentuk huruf V.
Seperti lirik lagunya, mungkin aparat kepolisian memang belum bisa memahami Slank yang kini sedikit demi sedikit memperbaiki citranya. Gaya dandanan boleh saja urakan, tapi tetap cinta damai. ”Mereka nggak pernah mengerti…Mereka nggak mau mengerti…Mereka nggak akan mengerti…Itu pasti…”

Tidak ada komentar: