Selasa, 28 Oktober 2008

Di "Konser Slank 3 Dimensi" Ada New Slank on the Block

Jakarta, KCM


Kelompok musik Slank kembali tampil. Tapi, ada perbedaan mencolok dari pergelaran mereka yang dilangsungkan di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (28/2) malam dengan konser-konser mereka di tempat-tempat lain seperti gelangga olah raga atau stadion. Tak ada bau ganja mengepul di udara, atau dandanan slengean para Slanker. Semerbak harum wangi parfum Bvlgari, Benetton, Etienne Aigner hingga Kenzo Leopard menggantikannya.
Pertunjukan yang diberi judul Konser Slank 3 Dimensi ini memang sengaja dirancang untuk para Slanker (sebutan untuk penggemar Slank) berkantong tebal. Untuk bisa menyaksikannya, orang harus merogoh kocek Rp 395.000 (Kelas VVIP), Rp 295.000 (VIP), Rp 195.000 (Kelas I), Rp 125.000 (II) dan 95.000 (Festival). Harga tiket itu merupakan harga awal yang dipasang. Tapi belakangan, pihak penyelenggaranya, Vocuz Entertainment, memutuskan untuk mengurangi jumlah kelas dan tentunya harganya.
Pihak Vocuz Entertainment menerangkan, demi meraih lebih banyak penonton, pemilahan dalam enam kelas diubah menjadi tiga kelas dengan kisaran harga dari Rp 145.000 sampai Rp. 75.000. Perubahan dilakukan sekitar seminggu sebelum pertunjukan.
Tingginya harga tiket yang dipatok jelas membuat orang kurang berminat, terlebih anak-anak muda yang masih meminta uang jajan dari orangtua mereka yang bekerja keras untuk meraih rupiah. Keputusan pun akhirnya diambil oleh sang promotor, Dian Tanjung, untuk mengubah harga tiket.
Namun, tampaknya, kiat itu menjadi kurang manjur. Siaran langsung SCTV harus diperhitungkan sebagai salah satu penyebabnya.
Kelas Festival lumayan penuh. Tapi, tidak dengan tempat-tempat duduk VIP dan tribun. Dari segi perolehan penonton, Konser Slank 3 Dimensi kalah dari pertunjukan Dewa-Ari Lasso yang berjudul Atas Nama Cinta, yang diadakan pada 18 Februari lalu di tempat yang sama.
Padahal, dalam jumpa pers menyambut Konser Slank 3 Dimensi, di Zanzibar Cafe, Jakarta, beberapa waktu lalu, Dian mengutarakan bahwa, "Pertunjukan ini memang sengaja dibuat untuk para penggemar Slank yang tidak ingin menyaksikan penampilan Slank di pangung-panggung terbuka. Biarkan Slank tampil di tempat yang lebih layak."
Hal tersebut diamini oleh Bimbim, penabuh drum Slank. Sebelum Konser Slank 3 Dimensi, grup itu lebih dulu menggelar pertunjukan gratis yang khusus disajikan bagi para Slankers. "Kami punya kebijakan, dalam setahun kami menggelar dua pertunjukan gratis untuk para Slanker. Jadi, pertunjukan ini untuk Slanker yang enggak bisa lihat Slank manggung di lapangan," katanya.
Agaknya sadar bahwa yang dihadapi oleh mereka kali ini bukanlah para Slanker dari kelas ekonomi bawah seperti anak jalanan hingga supir angkot, di Plenary Hall mereka tak tampil seadanya dengan, misalnya, bertelanjang dada.
Di hadapan para penonton malam itu, Slank jadi tampak manis. Terlebih dengan menghadirkan tiga perempuan vokalis yang mewakili tiga jenis musik, yaitu Nicky Astria dari rock, Syaharani jazz dan Kristina dari dangdut. Belum lagi, mereka didukung Tya Subiakto Orchestra plus 30 orang anggota paduan suara yang seluruhya perempuan. "Biasanya kan perempuan di sarang penyamun. Sekarang, penyamun di sarang perempuan...." celetuk Kaka, vokalis Slank, kepada pers.
New Slank on the Block
Konser yang dimulai pada pukul 21.00 WIB tersebut dibagi atas tiga segmen. Segmen pertama, rock and roll, dengan menampilkan penyanyi dangdut Kristina. Kristina menemani Kaka membawakan lagu-lagu Balikin (dari album Tujuh, 1998) dan Orkes Sakit Hati (dari album 999+09, 1999).
Sayang, Kristina tak mampu mengimbangi Kaka di panggung. Ya vokalnya, ya kepercayaan dirinya yang terekspresikan. Kristina lebih cocok untuk lagu yang mendayu-dayu. Lagu Balikin yang dinyanyikan oleh Kristina dalam versi dangdut pun tidak cukup mengangkat penampilannya, malah terdengar aneh di telinga. Pendek kata, kehadiran Kristina bukan sesuatu yang istimewa dalam Konser Slank 3 Dimensi.
Setelah duet dengan Kristina, Kaka selanjutnya mengusung dua lagu jagoan lagi --Tong Kosong dan Jakarta Pagi ini. Sesudah itu, Bimbim, tanpa iringan musik, menyusul dengan melantunkan 6.30 Pagi di pintu masuk tengah tribun Plenary Hall.

Lain halnya dengan Syaharani. Ia tampil ciamik untuk Full Moon Blues --yang diambil dari album milik Slank berjudul Mata Hati Reformasi (1998). Ia diiringi oleh permainan gitar akustik Abdee Negara, satu dari dua gitaris Slank. Sesudah itu, masih bersama Syaharani, Slank mendendangkan lagu lain dari album yang sama, Ketinggalan Jaman (Kampungan).
Slank yang bisa tampil bebas dengan gaya slengean, malam itu mau tak mau harus mengikuti konsep pertunjukan yang telah dibuat. Unik sekaligus menggelitik, saat kelompok yang juga dihuni oleh Ridho Hafiedz (Ridho, gitar) dan Ivanka (Ivan, bass) itu hendak membawakan lagu Ngangkang yang didukung oleh DJ Anton. Mereka membuka nyanyian dengan menyuguhkan gerakan tari yang biasa dilakoni oleh para boy band. Jadilah Slank punya julukan baru untuk penampilan yang satu itu, "New Slank on the Block", plesetan dari boy band New Kids on the Block yang pernah dikenal di awal 1990-an.


Di segmen ketiga, Slank tampil dengan iringan Tya Subiakto Orchestra dan paduan suara. Mereka mengusung sejumlah lagu andalan, seperti Bang Bang Tut, Pulau Biru, Makan Gak Makan, Gara-gara Kamu (dari labum baru alias album kesebelas, Satu Satu) dan Pak Tani.
Kehadiran bintang rock sexy asal Bandung Nicky Astria bisa disebut sebagai klimaks dari konser Slank tersebut. Duet Nicky dan Kaka didukung oleh orkestra mampu menghidupkan suasana menjadi lebih semarak.
Dua lagu lama dinyanyikan oleh Nicky dan Kaka, yakni Maafkan dan Terlalu Manis. Dua lagu itu memang terkenal bahkan sampai ke mereka yang bukan pengagum bebuyutan grup tersebut. Maka, terdengarlah koor menggema di Plenary Hall.
Kamu Harus Pulang, seperti biasa, lalu menjadi lagu terakhir sebelum Slank masuk ke balik panggung dan kembali lagi ke pentas untuk memberikan encore.
Suarakan Antiperang Lewat Musik
Kehadiran bintang-bintang perempuan dalam konser Slank kali ini memang bukan tanpa tujuan. Lewat konser itu, kelompok musik yang berdiri sejak 1991 tersebut mencoba menyuarakan sikap terhadap upaya-upaya yang ditempuh lewat jarang perang. Seperti kata Abdee dalam jumpa pers, bersenjatakan musik, khususnya konser itu, mereka mencoba berteriak menentang perang. Tema yang diusung pun berbunyi: "Stop War! Kalau Berani Satu Satu." Satu Satu diambil dari judul album baru, album kesebelas mereka.
Lantas mengapa perempuan? Dengan diplomatis Abdee berujar, "Sejarah mencatat, wanita selalu turut memegang peranan penting dalam kehidupan dunia. Wanita bisa mengubah sejarah. Karena wanita, bisa terjadi perang. Tapi, wanita juga bisa mencegah perang."

Tidak ada komentar: